Ada yang salah dengan pendidikan matematika
Juga diterbitkan di Wordpress.
Ini adalah karangan aslinya yang ditulis dalam bahasa Inggris. Terjemahannya tidak sepenuhnya harfiah.
Saya tidak tahu apa yang salah secara pasti. Tapi, jelas-jelas ada yang salah. Jika tidak ada, mengapa banyak orang yang menganggap matematika angker?
Pada tingkatan yang paling dasar, matematika hanyalah sekedar menghitung angka. Pada tingkatan yang lebih tinggi, matematika berguna untuk memecahkan permasalahan, baik terapan maupun abstrak, dengan menggunakan angka. Secara keseluruhan, bukannya membahayakan manusia, matematika justru bermanfaat bagi kita.
Tetapi, masih saja kita membandingkan pelajaran matematika dengan penyiksaan.
Walaupun saya tidak secara pasti penyebabnya, saya punya taksiran tentang keadaan ini:
Pelajaran matematika memaksa kita untuk berpikir seperti robot. Saya sendiri tidak punya masalah dengan ini. Tanpa pemikiran yang tertata rapi, kita tidak akan memiliki peradaban manusia.
Permasalahannya adalah kita tidak pernah diperlihatkan indahnya matematika. Tidak hanya kita jarang diajarkan tentang kedayagunaannya, kita juga tidak pernah diajarkan bahwa cabang ilmu yang terkenal luar biasa mutlak itu juga bersifat niskala.
Jika saya tahu tentang paradoks tersebut dari awal, saya tidak akan memandang matematika sebagai sarana robotisasi umat manusia. Saya sudah pasti akan memandang matematika sebagai salah satu kacamata canggih yang mempermudah umat manusia untuk melihat alam semesta dengan lebih jernih.
Sama seperti dengan ilmu-ilmu alam, saya dulu juga suka belajar matematika, walaupun sebenarnya saya hanya suka dengan aritmatika dasar….dan juga seperti kecintaan saya akan ilmu-ilmu alam, kecintaan saya akan matematika berkurang karena pendidikan formal.
Ilmu populer (pop science) telah menunjukan saya indahnya keabstrakan matematika. Tetapi, tidak seperti dengan ilmu-ilmu alam, saya tidak yakin kecintaan saya akan matematika akan tumbuh lagi. Mengingat sekarang saya benci hitung-menghitung, harapan itu sudah sirna.
Ini tidak ada hubungannya dengan saya tidak perhatian di dalam kelas. Ketidakperhatian hanya akan membuat saya lupa apa yang diajarkan. Tapi, itu tidak akan membuat cabang ilmu terlihat sebagai momok menakutkan.
Dan mereka yang unggul di pelajaran matematika:
Banyak dari mereka juga adalah siswa-siswa berprestasi yang menganggap tujuan ‘pendidikan’ bukanlah untuk menimba ilmu, melainkan untuk menimba nilai dan membuka lowongan kerja. Apapun akan mereka lakukan untuk memenuhi tujuan duniawi mereka.
Jika kita tanya mereka apa tujuan belajar matematika, saya yakin banyak dari mereka akan memberikan jawaban seperti ‘belajar menghitung’ atau ‘membuat kita (terlihat) pintar’.
.
.
.
.
.
Donate to this deadbeat, preachy blogger on Patreon.